Larisnya Gorengan Mafia Bola

Gorengan paling laku di Indonesia memang bernama gosip. Dan gosip yang paling hangat di dunia sepak bola tentu adalah mengenai mafia sepak bola dan pengaturan skor pertandingan. Polri sampai-sampai dipaksa turun gunung membentuk satgas anti mafia sepak bola khusus untuk menangani kasus-kasus yang turut menjadi cerminan penyebab bobroknya sepak bola di Indonesia ini.

Vigit Waluyo, disebut sebagai salah seorang mafia sepak bola paling berpengaruh di Indonesia. Dok. Jawa Pos.

Uya Kuya dengan acara gosip pagi-siang-malamnya kira-kira boleh minggir sejenak, pun sama halnya prostitusi aktris seharga 80 Juta Rupiah kita coba kesampingkan. Karena terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Sport di Tahun 2017, sebesar 77% penduduk Indonesia memiliki ketertarikan pada sepak bola, terutama ketika menyaksikan Timnas Indonesia berlaga.

Boleh saja kita asumsikan bahwa ketika ada gonjang-ganjing yang sebegini besar, apalagi dengan kaitannya terhadap sepak bola secara menyeluruh di Indonesia, maka berita ini bisa jadi viral dan bergaung di telinga lebih dari setengah populasi penduduk Indonesia.

Yang ingin kami cermati adalah, fenomena mafia bola ini ditindaklanjuti dengan fenomena baru, yakni maraknya pemberlakuan hukuman larangan beraktifitas di sepak bola seumur hidup bagi para oknum terdakwa. Kami menolak lupa beberapa orang supporter Arema FC yang dihukum larangan masuk ke stadion seumur hidup oleh komdis akibat menginvasi lapangan dan mengintimidasi pemain tim lawan dengan berbagai tindakan konyolnya. Namun nyatanya? Para pesakitan ini juga masih nyaman-nyaman saja bergentayangan di stadion, bahkan beberapa kali tercydux di beberapa hasil jepretan.

Peristiwa semacam ini jelas-jelas mengencingi reputasi PSSI terutama dalam kaitannya dalam menegakkan sanksi, yang mana merupakan marwah federasi untuk dipatuhi para anggota dan seluruh elemen yang dipayunginya.

Pertanyaan kritis yang layak diajukan adalah: Apabila supporter saja bisa lenggang kangkung mempecundangi sanksi, lalu apa kita pantas yakin bahwa para mafia berpengaruh ini akan dengan sukarela patuh? Atau sebaliknya terjadi lagi lagu lama yang selalu berulang berjudul “Tebang Pilih”. (*)